Ada pepatah yang menyatakan bahwa lebih banyak belajar dari sebuah pengalaman, yang secara tidak langsung saya mempersepsikan hal tersebut dengan membandingkan suatu kejadian dimasa lalu yang kemudian saya tuntut untuk hari ini dilakukan dengan hal yang semi atau bahkan lebih indah. Pagi bergulir menyambut petang, angin meniup segar kebebasan, yaa.. kebebasan saya menganalisa beberapa kejadian yang mengganjal dipikiran saya. Sesosok yang seharusnya indah namun terhalang sebuah ekspektasi yang begitu membuat saya terlena hingga meninggalkan sosok tersebut. Dan ketika hari-hari yang "sama" terlewati, tidak luput hati ini menyerukan "dulu sangat indah". Hal tersebut membuat hati saya bergejolak, saya memprotect diri dengan mengeluarkan bisik kebencian dengan alasan tidak terima akan perlakuan hari itu. Namun di sisi sebaliknya saya mulai memanipulasi pikiran dan hati saya bahwa setiap orang mencintai dengan cara dan perilaku yang ditunjukan dengan berbeda pula.
1 - 2 bulan sampai bulan-bulan berikutnya juga masih sama pada persoalan yang sama, dan dengan manipulasi pertahanan yang sama. Sampai rasanya seperti sudah tidak ada ruang untuk meluapkan hal tersebut.
"No boy no cry". Sudah mulai bosan dengan rintihan air mata yang kian membuat keputus asaan. Hari ini kembali saya menyerukan sikap dalam diri bahwa aku bukanlah sang humor seperti apa yang diinginkan, menjadi sosok humor bukanlah merupakan hari-hari kepribadianku. Tidak, tidak akan aku bercerita pada dinding nyaring yang pernah mengingatkan ku pada ketidakpantasanku untuk kembali karena pertikaian di malam itu.
Cukup sayup-sayup suara yang menceritakan keberadaanku sambil berkata "betapa malang nasib gadis ini"